Kamis, 18 November 2010

Kompetisi











Kami selalu ada dalam setiap kompetisi Kami selalu Juara dalam setiap kejuaraan kami selalu menang dalam setiap perlombaan karena kami Bisa untuk segalanya.

CINDERA MATA




Sabtu, 06 November 2010

Pondok Pesantren Al-Munawwar; Lahir dari Padepokan Kanuragan,Kini Punya Lembaga Pendidikan













Para bocah laki-laki usia belasan tahun yang memenuhi sebuah masjid (mushala) bergiliran menyalami sambil mencium tangan seorang pria paruh baya. Bocah-bocah bersarung dan berbaju koko lengkap dengan kopiahnya itu adalah para makmum shalat ashar, sedangkan pria yang disalami imamnya.

Aktivitas salam-salaman itu menjadi salah satu pemandangan pertama saat La Rayba berkunjung di kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) dan Lembaga Pendidikan Al-Munawwar di Jl. Raya Kunci KM 17, Desa Kunci, Kecamatan Dander, Bojonegoro. Sebenarnya tidak hanya bocah-bocah laki-laki yang menjadi makmum shalat waktu itu. Ada juga yang perempuan. Tapi, para perempuan –juga berusia belasan tahun— yang menempati bagian utara bangunan masjid tersebut tidak menyalami sang imam. Mereka tetap duduk di shaf masing-masing dan baru bubar setelah sang imam turun dari masjid.

Menurut Kiai Bardam Abd. Nasir, pengasuh ponpes yang juga imam shalat tersebut, pemandangan seperti itu selalu ada setiap usai shalat lima waktu. ’’Selain wajib (shalat lima waktu, Red), (berjamaah) ini bagian dari latihan disiplin untuk anak-anak,’’ katanya.

Seperti lazimnya, ilmu agama dan sistem ngaji di Ponpes Al-Munawwar tak jauh beda dengan ponpes-ponpes yang lain. Khususnya, ponpes yang pengajarannya memadukan sistem salafiah dan modern. Namun, ada yang khas di ponpes ini. Yakni, ’’pelajaran’’ Bahasa Inggris dan Bahasa Arab disampaikan setiap usai shalat Shubuh berjamaah di masjid. Tentu, selain yang disampaikan pada saat jam-jam pelajaran madrasah.

Ada beberapa lembaga pendidikan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Al-Munawwar. Yakni, Madrasah Tsanawiah (MTs) yang berdiri bersamaan dengan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK). Juga, Madrasah Aliah (MA) sebagai wadah untuk menampung para lulusan MTs-nya. Nama lembaga-lembaga pendidikan itu sama dengan ponpesnya. Yakni, Al-Munawwar.

Pengasuhan Ponpes Al-Munawwar di bawah kendali langsung Kiai Bardam dibantu 10 ustadz. Sedangkan PAUD dan TK dikepalai oleh istrinya, Ny Nurur Rohmah, asal Pacul Gowang, Jombang. Kepala MTs dijabat Moch. Tsabit BA, kakak sang kiai. Untuk MA sudah dua kali ganti kepala. Yakni, pada 2007-2009 dijabat Jitno Handono SPd (sekarang mengajar di MTsN 1 Bojonegoro), selanjutnya, tepatnya sejak Januari 2009 sampai sekarang, dijabat Dwi Handayani SPd. Total pendidik di MTs dan MA Al-Munawwar saat ini 24 guru.

Lembaga pendidikan itu menempati delapan lokal bangunan. Yakni, PAUD/TK satu lokal, MTs dan MA masing-masing tiga lokal, dan kantor satu lokal. Saat ini ada penambahan masing-masing satu lokal untuk MTs dan MA. Pembangunan lokal baru ini sekarang masih dalam tahap pengerjaan.

Bangunan-bangunan itu menempati lahan sekitar 4.800 m2. Selain itu, ada lahan lain –juga sekitar 5.000 m2— untuk unit usaha. Yakni (sementara ini) untuk pembibitan dan penggemukan sapi. Kiai Bardam menyebut sapi untuk pembibitan yang ada saat ini, yakni indukan, 15 ekor. Sedangkan yang digemukkan (sapi jantan) sembilan ekor. Ke depan, Kiai Bardam melalui ponpes dan lembaga pendidikannya akan berusaha terus mengembangkan unit usahanya dalam bentuk-bentuk lain. Semua itu untuk melatih jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) para santri dan murid.

Menurut kiai lulusan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta itu, para santri dan murid di Ponpes-Lembaga Pendidikan Al-Munawwar kebanyakan berasal dari daerah di sekitarnya. Antara lain, dari desa-desa di Kecamatan Dander dan Temayang. Saat ini, total santri dan murid sekitar 500 anak. Di antara mereka, kurang lebih 200 yang mukim alias mondok.

’’Murid yang dari daerah sekitar sini kebanyakan pulang. Kalau yang mukim ya tentu yang rumahnya jauh,’’ kata Kiai Bardam.

Santri atau murid yang mukim itu antara lain dari Grobogan, Jawa Tengah, dan beberapa daerah di Jawa Timur seperti Jombang dan Surabaya. ’’Ada juga, lima anak, dari luar Jawa. Mereka dari Lampung, Sumatera,’’ tambah abi (ayah) dari Hamidatun Nashiroh (9 tahun) dan Muhammad Hasyim Asyhari Anta Maulana (4 tahun) ini. (ros)

Jalin Kerja Sama dengan LSM Hongkong

Meski belum tampak di tingkat Kabupaten Bojonegoro, prestasi Ponpes dan Lembaga Pendidikan Al-Munawwar sudah lama dikenal di tingkat Kecamatan Dander. Setidaknya, setiap perayaan hari kemerdekaan RI atau agustusan yang diadakan panitia tingkat kecamatan di selatan kota Bojonegoro itu, selalu ada kejuaraan yang dimenangi wakil dari Al-Munawwar.

’’Kalau 17-an (perayaan HUT kemerdekaan RI, Red) di kecamatan sini (Dander) selalu dapat prestasi. Istiqamah,’’ kata Kiai Bardam Abd Nasir, Pengasuh Ponpes-Lembaga Pendidikan Al-Munawwar.

Namun, bukan berarti prestasi Al-Munawwar di tingkat kabupaten sama sekali tidak ada. Menurut Kiai Bardam, lembaga pendidikannya pernah mengikutkan muridnya lomba pidato bahasa Inggris di salah satu madrasah aliah negeri di Bojonegoro. Lomba ini diikuti wakil-wakil dari berbagai madrasah (di bawah naungan Kementerian Agama) dan sekolah (di bawah Dinas Pendidikan) se-Kabupaten Bojonegoro. Hasilnya, siswa MA Al-Munawwar masuk 10 besar. ’’Kalau nggak salah peringkat ketujuh,’’ tuturnya.

Sedangkan prestasi lain yang patut diteladani dari Ponpes-Lembaga Pendidikan Al-Munawwar adalah keberhasilannya menggandeng sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Hongkong, yakni MC Care.

Anggota LSM itu para mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Hongkong. Setiap Juli mereka datang ke Ponpes-Lembaga Pendidikan Al-Munawwar. Juli lalu, ada 40 mahasiswa anggota MC Care yang datang. Yakni, 18 cewek dan selebihnya cowok. Mereka menginap di Ponpes Al-Munawwar selama tiga hari didampingi enam mahasiswa ITS Surabaya sebagai penerjemah dan pemandu (guide).

Menurut Kiai Bardam, kerja sama dengan LSM bidang sosial itu sudah berjalan dua tahun atau sejak 2009. Kerja sama ini akan berlanjut hingga batas waktu yang belum/tidak ditentukan.

Ketika berada di Ponpes Al-Munawwar, semua anggota LSM asal negara aktor laga kondang Jacky Chan tersebut menyatu dengan para santri. Mereka tidur di pondok dan berpakaian ala santri, misalnya bersarung dan mengenakan baju koko serta berkopiah. Juga, beraktivitas bersama santri, kecuali aktivitas yang terkait peribadatan. Sebab, mereka nonmuslim.

’’Bentuk kerja sama yang utama adalah di bidang kesehatan dengan mengadakan pengobatan massal. Teknisnya, pihak sini (al-Munawwar, Red) mengundang warga untuk mendapatkan pengobatan gratis dari pihak MC Care itu,’’ jelasnya.

Peserta pengobatan massal itu adalah warga dari desa-desa di sekitar Ponpes Al-Munawwar, khususnya yang ada lulusan ponpes atau lembaga pendidikan tersebut. Pada pengobatan massal Juli lalu ada sekitar 400 warga yang hadir.

Selain itu, ada pengenalan seni dan budaya. Di antaranya, pada Juli lalu pihak Al-Munawwar mempertontonkan permainan sepak bola api kepada delegasi MC Care. Dalam olahraga ini, bola yang digunakan bukan dari karet, tapi dari buah kelapa yang dilumuri cairan tertentu kemudian dibakar. Jadi, bola selalu menyala dengan kobaran api selama ’’atraksi’’ yang dimainkan di waktu malam itu.

’’Kita libatkan juga mereka (anggota MC Care, Red) dalam permainan ini. Tentu, setelah melalui prosesi yang khusus, dan mereka terkagum-kagum,’’ jelas Kiai Bardam.

Bentuk lain kerja sama mereka, lanjut kiai yang mengenyam pendidikan tingkat aliah di Tebu Ireng, Jombang, ini, terkait bahasa. Teknisnya, di kala siang anggota MC Care mengajarkan bahasa Hongkong kepada para santri Al-Munawwar. Sebaliknya, ketika malam para santri mengajarkan bahasa Indonesia kepada mitranya tersebut.

Kerja sama Ponpes Al-Munawwar dengan MC Care itu berawal dari kunjungan Prof Jimmy Young dari Hongkong ke rumah saudaranya di Surabaya. Kebetulan, Kiai Bardam kenal dengan saudara Jimmy Young tersebut. Setelah itu, Jimmy Young beberapa kali berkunjung ke Ponpes Al-Munawwar dan menilai ponpes ini baik. ’’Akhirnya kami sepakat untuk mengadakan kerja sama itu,’’ jelas Kiai Bardam. (ros)

Tempati Tanah Wakaf dari Orang Tua

Keputusan Kiai Bardam Abd. Nasir mendirikan pondok pesantren (ponpes) di Jalan Raya Kunci KM 17, Desa Kunci, Kecamatan Dander, Bojonegoro, dilandasi beberapa hal. Antara lain, tanah untuk lokasi ponpes itu merupakan wakaf dari ayahnya, Munawwar, seorang modin di Desa Kunci. Saat mewakafkan, sang ayah berpesan agar tanah itu dimanfaatkan untuk ponpes. Karena itulah, ponpes kemudian juga dinamakan Al-Munawwar. Pilihan nama ini untuk mengenang jasa sang ayah yang sekaligus waqif (yang mewakafkan tanah) untuk ponpes.

Pertimbangan lainnya, menurut hasil istikharah Kiai Bardam di masjid Makam Sunan Giri, Gresik, lokasi ponpes yang sekarang ini lebih baik ketimbang lokasi lain yang dimilikinya. ’’Sebenarnya pondok mau didirikan di dekat rumah lama di daerah sumber (mata air di Desa Kunci, Kecamatan Dander, Red). Tapi, di sana lahannya kurang luas dan ada beberapa faktor lain yang kurang mendukung,’’ katanya.

Karena itulah, Kiai Bardam akhirnya memilih lokasi yang sekarang. Menurut dia, lahan ini dulu merupakan kawasan keramat. Jauh dari perkampungan warga dan terpencil. Dari jalan raya jurusan Bojonegoro-Temayang, yakni sekitar 100-200 m ke arah selatan dari Pertigaan Kunci, masuk ke barat sekitar 1 km. ’’Daerah sini (kompleks ponpes, Red) memang terkenal angker. Orang ngarit (pencari rumput) saja tidak berani,’’ tuturnya.

Setelah lokasi ditetapkan, yang kali pertama dirintis Kiai Bardam bukanlah pondok pesantren, tapi padepokan (tempat penggemblengan) ilmu kanuragan. Padepokan itu dinamai Kawah Condrodimuko.

Santri atau murid Kiai Bardam saat itu para pemuda dari daerah sekitar padepokan. ’’Setelah anak yang ngumpul banyak, saya tambahkan kegiatan mengaji. Jadi, sedikit demi sedikit kami ajarkan ilmu agama kepada mereka,’’ ujarnya.

Setelah ’’pengikutnya’’ banyak dan pelajaran agama yang disampaikan cukup memadai, Kiai Bardam memutuskan untuk resmi mendirikan pondok pesantren di bawah asuhannya langsung. Dia dibantu para santrinya yang dipandang sudah mumpuni atau layak dipatuhi dan diteladani sebagai ustadz.

Waktu terus berganti, santri yang mengaji pun terus berdatangan. Agar semakin banyak manfaat yang didapat para santri, pada 2004 didirikanlah lembaga pendidikan, yakni PAUD/TK dan MTs.

Tiga tahun kemudian, yakni pada 2007, ketika MTs-nya sudah memiliki murid kelas tiga, didirkanlah MA. ’’Tujuannya ya menampung lulusan MTs. Biar mereka tidak usah ke mana-mana, tetap bisa mengaji di sini dan bisa melanjutkan sekolah formal,’’ terangnya. (ros)



Profil sang Kiai:

Nama: Bardam Abd Nasir bin Munawwar
Istri: Nurur Rohmah S.Pd.I
Anak: - Hamidatun Nashiroh (9 th)
- Muhammad Hasyim Asyhari Anta Maulana (4 th)
Pendidikan: - SD di Sumberarum, Kunci, Dander, Bojonegoro
- MTs Al-Rosyid Kendal, Dander, Bojonegoro
- MA di Tebu Ireng, Jombang
- LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) di Jakarta
- IAIN Sunan Ampel Surabaya di Bojonegoro
- STAI SUNAN GIRI BOJONEGORO